This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

STIKES MATARAM

STIKES MATARAM

Rabu, 21 Maret 2012

Pemeriksaan Penunjang Angina Pectoris

PEMERIKSAAN PENUNJANG ANGINA PECTORIS
• Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif.

• Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.

• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris.

OBAT JANTUNG Formula Bunga (HF) terbuat dari Sari pati bunga-bungaan berbentuk larutan (tincture) yang mengandung fibrasi/panjang gelombang/energi yang diteteskan pada tablet plasebo (tablet kosong) yang terbuat dari bahan gula sukrosa/gula jagung. Energi HF dapat diukur dengan menggunakan alat GALVANOMETER. Satuan ukuran yang digunakan adalah NANOMETER (nm) yaitu ukuran panjang gelombang yang dihasilkan oleh getaran energi yang terkandung dalam masing-masing  Formula Bunga (HF).
Kombinasi Formula Bunga nomor 8, 9, 11,13 dan 18 bekerja sebagai Obat Jantung alami, tanpa efek samping untuk pengobatan penyakit jantung :
  • HF 8 adalah obat jantung yang bekerja pada sistem medulla oblongata yang berkaitan dengan pengendalian denyut nadi, pernafasan, kesadaran dan psikologis. 
  • HF 9 adalah bagian Obat Jantung yang mengendalikan sistem hormon Tiroid dan ParaTiroid.
  • HF 11 adalah bagian Obat Jantung yang bekerja pada sistem kelistrikan/elektrik organ jantung. 
  • HF 13 adalah bagian Obat Jantung yang bekerja pada organ ginjal dan anak ginjal (kelenjar Adrenal) yang mengendalikan sistem adrenalin. 
  • HF 18 adalah bagian Obat Jantung yang bekerja pada sistem sirkulasi darah pembuluh arteri maupun pembuluh vena.
Kombinasi semua HF ini bekerja secara sinergis dan menyeluruh untuk menormalkan gangguan pada Jantung dan penyakit jantung. Untuk pengobatan penyakit jantung, Konsumsilah Obat Jantung berupa Kombinasi HF ini selama minimal 3 bulan.

DISRITMIA

A. Pengertian
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang melipiti gangguan frekuensi atau irama atau keduanya.atau bisa di definisikan dengan menganalisa gelombang EKG. Disritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Misalnya disritmia yang berasal dari nodus sinus (nodus SA) dan frekuensinya lambat dinamakan sinus bradikardia. Ada empat kemungkinan tempat asal disritmia, yaitu nodus sinus, atria, nodus AV atau sambungan, dan frentrikel. Gangguan mekanisme hantaran yang mungkin dapat terjadi meliputi bradikardi, takikardi, flutter, fibrilasi, denyut prematur, dan penyekat jantung.

B. Anatomi fisiologi
1. Sifat Otot Jantung: Otot jantung memiliki sifat fisiologis yaitu eksitabilitas, otomatisitas, konduktivitas, dan kontraktilitas.
2. Eksitabilitas adalah kemampuan sel miokardium untuk merespons stimulus
3. Otomatisitas memungkinkan sel mencapai potensial ambang dan membangkitkan impuls tanpa adanya stimulasi dari sumber lain.
4. Konduktivitas mengacu pada kemampuan otot untuk menghantarkan impuls dari satu sel ke sel lain.
5. Kontraktilitas memungkinkan otot untuk memendek pada saat terjadi stimulasi apabila semua sifat tersebut utuh, otot jantung distimulasi oleh impuls yang berasal dari nodus sinus.
Disritmia dapat muncul, apabila terjadi ketidak seimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Ketidak seimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Pada infark miokard, terjadi peningkatan respons miokardium terhadap estimulus akibat penurunan oksigenasi kemiokardium, yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas. Hal ini merupakan salah satu contoh yang paling sering menyebabkan disritmia.
Jalur hantaran Normal.ketika suatu impuls timbul pada nodus sinus, maka akan diikuti suatu jalur listrik normal impuls yang berjalan dari nodus sinus melalui atria ke nodus AV atau sambungan, yang juga meliputi berkas his. Impuls akan diperlambat dinodus AV agar fentrikel selesai terisi darah dari nodus AV impuls bejalan sangat cepat melalui cabang-cabang perkas his.berakhir di serat purkinje pada dinding untuk memulai sistole.
Sistem Saraf Otonom.jantung bekerja di bawah kendali sisitem saraf otonom, yang terdiri dari serat simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis juga dikenal sebagai adrenegris, yang berasal dari kata dasar adrenal, jadi stimulasi sistem simpatis akan mempercepat prekuensi jantung, meningkatkan tekanan darah, dan memperkuat kontraksi miokard, sebaliknya stimulasi para simpatis, akan memperlambat jantung menurunkan tekanan darah, dan mengurangi frekuensi kontraksi.





C. Tipe- Tipe Disritmia
1. Disritmia Nodus Sinus
a. Bradikardi Sinus
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan tekanan intrakranial, atau invamiokard (MI). Bradikardi sinus juga di jumpai pada olah ragawan berat, orang yang sangat kesakitan, atau orang yang mendapat pengobatan (propranolol, reservin, metildopa) pada keadaan hipoendokrim (miksedema, penyakit adison, panhipopituitarisme) pada anoreksia nerposa, pada hipotermia, setelah kerusakan bedah nodus SA
Frekuensi: 40-60 denyut per menit
Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS interval PR normal
Kompleks QRS: biasanya normal
Hantaran: biasanya normal
Irama: reguler
b. Takikardi Sinus
Takikardi sinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam, kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif (CHF = congestive heart failuire), nyeri, keadaan hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik., pola EKG takitardi sinus adalah sebagai berikut:
Frekuensi: 100 sampai 80 denyut per menit
Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam
g3lombang T yang mendahuluinya; interval PR normal
Kompleks QRS: biasanya mempunyai durasi normal
Hantaran: biasanya normal
Irama: reguler
Semua aspek takikardi sinus sama dengan irama sinus normal kecuali frekuensinya tekanan sinus karotis, yang dilakukan pada salah satu sisi leher, mungkin efektif memperlambat frekuensi untuk sementara, sehingga dapat membantu menyingkirkan disritmia lainnya. Begitu frekuensi jantung meningkat, maka waktu pengisian diastolel menurung, mengakibatka penurunan curah jantung kemudian timbul gejalah sinkop dan tekanan darah rendah, bila frekuensi tetap tinggi dan jantung tidak mampu mengkompensasi dengan menurunkan pengisian ventrikel, pasien dapat mengalami edema paru akut.
2. Disritmia atrium
a. Kontraksi prematur atrium
Kontraksi prematur atrium (PAC = prematur atrium kontraksen) dapat di sebabkan oleh iritabilitas otot atrium karena kavein, alkohol, nikotim, miokardium atrium yang teregam seperti gagal jantung kongestif ( CHF = kongestive haert hailure), sters atau kecemasan, hipokalemia ( kadar kalium rendah), cedera, invak, atau keadaan hipermetabolik.
Kontraksi prematur atrium mempunyai
Frekuensi: 60-100 denyut per menit
Gelombang P: biasanya mempunyai komfigurasi yang berbeda dengan
gelombang P yang berasal dari nodus SA. Tempat lain pada atrium
telah menjadi retabel (peningkatan otomatisasi) dan melepaskan
impuls sebelum nodus SA melepaskan impuls secara normal. Interval
PR dapat berbeda dengan interval impuls yang berasal dari nodus SA. Kompleks QRS: biasanya normal, menyimpan, atau tidak ada. Bila
fentrikel sudah menyelesaikan fase repolisasi, mereka dapat merekan
stimulus atrium ini dari awal.
Hantaran: biasanya normal
Irama: reguler, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan terjadi lebih
awal dalam siklus dan biasanya tidak akan mempunyai jeda,
kompensasi yang lengkap.( waktu antara kompleks yang mendahului
kompleks yang mengikuti lebih pendek dari waktu untuk dua interval
RR).
b. takikardia atrium paroksimal
Takikardi atrium paroksimal ( PAT= proksimal atrium tachycardia) adalah takikarti atrium yang di tandai tengan awitan mendadak dan penghentian mendadak. Dapat di cetuskan pada emosi, tembakau, kavein, kelelahan, pengobatan simpatomimeti, atau alkohol.
Ferkuensi: 150-250 denyut permenit: ektopit dan mengalami distorsi di
banding gelombang P normal, dapat ditemukan pada awal gelombang
P, interval PR memendek ( - dari 0,12 detik),
Kompleks QR: biasanya normal, tetapi dapat mengalami tistosi apabila
terjadi penimpangan hantaran.
Hantaran: biasanya normal
Irama: reguler
c. fluter Atrium
fluter atrium terjadi bila ada titik fokus di atrium yang menangkap irama jantung dan membuat impuls antara 250-400 kali per menit. Karakter penting pad disritmia ini adalah terjadinya penyekat terapi terhadap nodus AV, yang menjegah penghantaran beberapa impuls.
Fluter atrium di tandai sebagai berikut.
Frekuensi: frekuensi atrium antara 250-400 denyut per menit.
Irama: reguler atau iraguler, tergantung jenis penyekatnya
Gelombang P: tidak ada, melainkan di ganti oleh pola gigi gergaji yang di
hasilkan oleh fokus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat. Gelombang ini di sebut sebagai gelombang F.
Kompleks QRS: konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga
normal.
Gelombang T: ada namun bisa tertutup oleh gelombang fluter.
d. Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak terkoordinasi) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung ateroskletorik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung kongenital.
Fibrilasi atrium ditandai sebagai berikut:
Frekuensi: frekuensi atrium 350-600 denyut per menit; respons ventrikuler
biasanya 120-200 denyut per menit.
Gelombang P: tidak terdapat gelombang f , interval PR tidak dapat diukur.
Kompleks QRS: biasanya normal
Hantaran: biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons
ventrikel ireguler, karena nodus AV. Tidak berespons terhadap vrekuensi atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan penyebabnya ventrikel berespons ireguler.
Irama: ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Iregularitas irama diakibatkan oleh perbedaan hantaran nodus AV.
3. Disritmia Ventrikel
a. Kontraksi Prematur Ventrikel
kontraksi prematur ventrikel (PVC = premature ventricular contraction) terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel otak ventrikel. PCV bisa di sebabkan oleh konsisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin.
Kontraksi prematur ventrikel mempunyai karakter sebagai berikut:
Frekuensi: 60-100 denyut per menit
Gelombang P: tidak akan muncul karena impuls berasal dari ventrikel.
Kompleks QRS: biasanya lebar dan aneh,berdurasi lebih dari 0.10 detik
Hantaran: terkadang retrograde melalui jaringan penyambung dan
atrium.
Irama: ireguler bila terjadi denyut prematur.
b. Bigemini Ventrikel
Bigemini ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri koroner, MI akut CHF. Istila begemini mengacu pada kondisi dimana setiap denyut adalah prematur:
Frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun, tetapi
biasanya kurang dari 90 denyut per menit.
Gelombang P: seperti yang di terangkan pada PVC; padat tersembunyi
dalam kompleks QRS.
Kompleks QRS: setiap denyut adalah PVC dengan kompleks QRS yang
lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap.
Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal,
namun
PVC yang mulai berselang seling pada ventrikel akan mengakibatkan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium
Irama: ireguler
c. Takikardi Ventrikel
Takikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus di anggap sebagai keadaan gawat darurat. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardi ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Frekuensi: 150-200 denyut per menit.
Gelombang P: biasanya tenggelam dalam kompleks QRS: bila terlihat,
tidak selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS.
Kompleks QRS: mempunyai konfigurasi yang sama dengan konfigurasi
yang sama dengan konfigurasi PVC- lebar dan aneh, dengan gelombang T terbalik.
Hantaran: berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran
retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
Irama: biasanya reguler.
d. Fibrilasi ventrikel
Vibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini denyut jantung tidak terdengar dn tidak teraba, dan tidak ada respirasi.
Vibrilasi ventrikel mempunyai karakter sebagai berikut:
Frekuensi: cepat, tak terkoordinasi, tak efektif.
Gelombang P: tidak terlihat.
Kompleks QRS: cepat, undulasi ireguler tampa pola yang khas
(multifokal).
Hambatan: banyak fokus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat
yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi
ventrikel.
Irama: sangat iraguler dan tidak terkoordinasi, tampa pola yang khusus.
4. Abnormalitas Hantaran
a. penyekat AV Derajat-satu
Penyekat AV derajat satu biasanya derhubungan dengan penyakit jantung organik atau mungkin disebabkan oleh efek digitalis.
Penyakit jantung derajat satu mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Frekuensi: bervariasi, biasanya 60-100 denyut per menit
Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS. Interval PR berdurasi
lebih besar dari 0,20 detik.
Kompleks QRS: mengikuti setiap gelombang P,biasanya normal
Hantaran: hantaran menjadi lambat,biasanya disetiap tempat antara jaringan penyambung dan jaringan purkinje, menghasilkan interval PR yang panjang. Hantaran fentrikel biasanya normal.
Irama: biasanya reguler
b. Penyekat AV Derajat-Dua
Penyekat AV derajat-dua juga dusebabkan oleh penyakit jantung organik, bentuk penyekat ini menghasilkan penurunan frekuensi jantung dan biasanya penurunan curah jantung .
Penyakit AV derajat-dua mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Frekuensi: 30-55 denyut per menit.
Gelombang P: terdapat dua, tiga, atau empat gelombang P untuk setiap
kompleks QRS.
Kompleks QRS: Biasanya normal.
Hantaran: satu atau dua implus tidak di hantarkan ke fentrikel
Irama: biasanya lambat dan reguler
c. Penyakit AV Derajat-Tiga
Penyakit AV derajat tiga juga berhubungan dengan penyakit jantung organik, intoksikasi digitalis, dan MI. Frekuensi jantung berkurang daratis, mengakibatkan penurunan pervusi di organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, paru dan kulit. Penyekat lengkap – penyekat AV derajat tiga-mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Asal: impuls berasal dari nodus AS, tetrapi tidak di hantarkan ke serat purkin je.
Frekuensi: frekuensi atrium, 60 sampai 100 denyut per menit, frekuensi ventrikel, 40 sampai 100 denyut per menit bila irama yang lolos berasal
dari daerah penyambung, 20-40 denyut per menit bila irama yang lolos berasal dari ventrikel.
Gelombang P: gelombang P yang berasal dari nodus SA terlihat reguler
sepanjang irama, namun tidak ada hubungan dengan kompleks QRS.
Kompleks QRS: bila lolosnya irama berasal dari daerah penyambung,
maka kompleks QRS mempunyai konfigurasi supraventrikuler yang
normal, tetapi tidak berhubungan dengan gelombang P.
Hantaran: nodus SA melepaskan implus, dan gelombang P dapat di lihat.
Irama: biasanya lambat tapi reguler.
d. Asistole ventrikel
Pada asistole ventrikel tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut jantung, denyut nadi dan pernapasan. Asistole ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Frekuensi: tidak ada
Gelombang P: mungkin ada
Kompleks QRS: tidak ada
Hantaran: kemungkinan hanya melalui atrium
Irama: tidak ada.

D. Interpretasi EKG
a. Prosedur Menjalankan Elektrokardiogram
EKG standar terdiri dari 12 lead. Informasi yang berhubungan dengan aktivitas listrik jantung diperoleh dengan menempatkan elektrode pada permukaan kulit pada posisi anatomis standar.beberapa posisi elektroda yang di pantau di sebut lead. Misalnya, lead 1 mengukur aktivitas listrik antara lengan kiri dan lengan kanan