STIKES MATARAM

STIKES MATARAM

Jumat, 16 November 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST PARTUM BLUES



A.      PENGERTIAN
                        Post partum blues merupakan depresi yang terjadi setelah melahirkan (post partum). Ibu ibu yang baru melahirkan biasanya diharapkan untuk merasa sangat gembira setelah melahirkan. Tetapi karena perubahan hormonal yang besar waktu melahirkan dan tantangan untuk merawat bayi, sekitar dua per tiga wanita merasa ssedih. Kira-kira 10 sampai 15 % menderita depresi klinis. Dan sekitar 1 dari 1000 menjadi depresi berat sehingga perlu masuk rumah sakit demi keselamatannya dan keselamatan bayi mereka.
                        Post partum blues disebut juga depresi pasca melahirkan. Menurut Ann Dunnewold, seorang ahli jiwa di Dallas, 10-20 % perempuan yang baru melahirkan mengalami depresi. Yang muncul dalam beragam bentuk bias berupa kesedihan mendalam, seringa menangis, insomnia atau tidur tidak nyenyak, mudah tersinggung, kehilangan minat terhadap  bayi, kurang berminat terhadap kegiatan rutin sehari-hari. Bias juga berupa perasaan ketakutan, hilangnya nafsu makan, lesu atau bahkan tidur yang berlebih. Kondisi nii  bias berlangsung hingga tiga sampai enam bulan, bahkan terkadang sampai delapan bulan. Sayangnya, sangat banyak ibu tidak menyadarinya, demikian juga dengan mereka yang ada di sekitanrnya, termasuk suaminya.
                        Kondisi yang lebih ringan, disebut baby blues, yang dialami oleh sekitar 80 % dari perempuany yang baru melahirkan. Pada kondisi ini, perempuan tersebut mengalami tanda tanda sebagaimana pada depresi pasca melahirkan, hanya saja dalam intensitas yang lebih ringan  dana dalaam rentang waktu yang lebih pendek, paling lama enam minggu. Ia masih bias tidur nyenyak kalau dijauhkan dari kewajiban mengurus bayinya. Berbeda dengan perempuan yang terkena depresi pasca melahirkan, yang tetap saja tidak bias tidur apalagi bergembira sekalipun telah ada tenga yang  membantu merawat bayinya.
                        Pengertian lainnya adalah sebagai berikut : “postnatal illness is a catch all term for conditions ranging from the “baby blues” through postnatal depression to puerperal psychosis. Tehe distinctions berween the three are a matter of degree, but is helpful to consider them separately.”
                        Penyakit setalah kelahiran adalah segala macam kelainan yang dialami oleh klien setelah melahirkan untuk kondisi kondisi berkisar antara “baby blues” sampai ke penyakit kejiwaan sehabis melahirkan. Perbedaan ketiga masalah tersebut (post natal illness, bany blues and post natal depression) terjadi secara bertahap atau berurutan. Tetapi ketiga klasifikasi itu menolong kita untuk membedakannya.
                        Post partum blues adalah juga disebut depresi masa nifas, yaitu keadaaan depresi yang terjadi karena pengaruh perubahan hormonal, adanya proses involusi dan ibu kurang tidur  serta lelah karena mengurus bayi dan sebagainya. Depresi juga biasanya timbul jika ibu dan keluarganya diilit konflik rumah tangga, anak yang lahir tidak diharapkan keadaan sosial ekonominya lemah atau trauma karena telah melahirkan anak cacat.
                        Post partum blues sering dikenal dengan istilalh post partum depression, yaitu suatu keadaan depresi setelah melahirkan. Ada sebagian wanita yang rawan terhadap depresi setelah melahirkan anak dan itu bias berlangsung beberapa bulan. Sebagai contoh suatu kasus di amerika serikat di mana si ibu akhirnya menabrakkan anaknya sampai mati, itu beberapa tahun yang lalu terjadi dan dia membela dirinya dan dibela juga oleh para dokter yang merawatnya bahwa dia menderita post partum depression jadi seolah olah dia dalam keadaan sangat terganggu pada waktu dia membunuh anak-anaknya itu.
B.      Tanda dan Gejala
                        Klien yang menderita post partum blues akan menunjukkan kesedihan mendalam, sering menangis, insomnia atau tidur tidak nyenyak, mudah tersinggung, kehilangan minat terhadap bayi, kurang berminat terhadap rutinitas sehari hari. Bias juga berupa perasaan ketakutan, hilangnya nafsu makan, lesu atau bahkan tidur berlebih. Kondisi ini bias berlangsung hingga tiga sampai enam bulan, bahkan terkadang sampai delapan bulan.
                        Depresi masa nifas terjadi terutama di minggu-minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi. Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas. Tingkatannya pun bermacam macam mulai dari neurosis atau gelisah saja yang disertai kelainan tingkah laku, sampai psikosis seperti penderita sakit jiwa dan kadang kadang sampai tidak sadar, seperti meracau, mengamuk, dan skizofrenia. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu bias beradaptasi dengan situasi nyatanya.
C.      Factor Penyebabnya
The following risk factor have been identified for postpartum depression :
·         Marital problems (masalah dalam pernikahan)
·         Depression or anxiety during pregnancy (depresi atau perasaan cemas selama masa kehamilan)
·         Poor or lacking social support systems (kemiskinan atau tidak adanya dukungan sosial dari keluarga)
·         Stress or negative life events occurring during pregnancy such as the death of a   parent or close relative or move to a new location previous post partum depression or mood disorder (adanya stress atau kejadian buruk selama masa kehamilan seperti kematian orang tua, atau orang terdekat atau perpindahan ke tempat baru, atau gangguan alam perasaan.
·         Traumatic birth experience (pengalaman melahirkan yang bersifat trauma)
·         Early hospital discharge following childbirth
·         History of severe prementual syndrome (PMS)
      Factor penyebab lainnyha terjadi pada kaum wanita yang sangat menderita di rumah tanggany, hubungan dengan suami sangat buruk atau suami yang memang mempunyai masalah yang serius, anak anak yang tidak menghormati dia dan masalah yang sangat besar sekali.
Factor biologis yang paling banyak terlibat adalah factor hormonal. Perubahan kadar hormone pada wanita memegang peran penting ; perubahan suasana hati bias terjadi sesaaat sebelum menstruasi sesaat sebelum menstruasi (ketegangan pramenstruasi) dan setelah persalinan (depresi post partum). Perubahan hormone serupa bias terjadi pada wanita pemakai pil KB yang mengalami depresi.
Kelainan fungsi tiroid yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan factor factor yang berperan dalam terjadinya depresi. Depresi juga bias terjadi karena atau bersamaan dengan sejumlah penyakit atau kelainan fisik. Kelainan fisik bias menyebabkan terjadinya depresi secara ; langsung, misalnya ketika penyakit tiroid menyebabkan berubahnya kadar hormone. Yang bias menyebabkan terjadinya depresi tidak langsung, misalnya ketika penyakit atritis rematoid menyebabkan nyeri dan cacat, yang bias menyebabkan depresi.
Ada pula kelainan fisik menyebabkan depresi secara langsung dantidak langsung. Misalnya AIDS; secara langsung menyebabkan depresi jika virus penyebabnya merusak otak; secara tidak langsung menyebabkan depresi jika menimbulkan dampak negative terhadap kehidupan penderitanya.
Menurut JM. Seno Adjie, spesialis kebidanan dan kandungan dari FKUI/RSCM, kondisi yang disebut post partum depression atau post partum blues itu terjadi pada minggu pertama setelah melahirkan. Gradasinya tidak terlalu berat, seperti gangguan tidur, kecemasan, mudah tersinggung dan nafsu makan berkurang.
Menurut C. Nell Epperson, asisten professor psikiatri serta kebidanan dan kandungan daari Yale University School of Medicine, New Haven, perubahan suasana hati tersebut bias diakibatkan oleh fluktuasi hormone, yang terjadi selama dan sesaat pascapersalinan.
Factor penyebab gangguan ini belum diketahui pasti. Namun, orang orang mempunyai latar belakang gangguan mental dan pernah bermasalah secara psikis sebelum hamil, berisiko tinggi mengalami post partum blues. Resikonya bias 2-3 kali lipat dibandingkan mereka yang tidak mempunyai latar belakang masalah tersebut. Pada wanita yang tidak berisiko pun, bila di saat persalinannya ada masalah, bias meningkatkan insiden PBB. Ibu yang melahirkan dengan operasi karena terjadi keracunan kehamilan seperti preeclampsia, bias berisiko mengalami PBB.
Berbagai obat yang diresepkan terutama obat yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, bias menyebabkan depresi. Sejumlah kelainan jiwa bias menyebabkan penderitanya mengalami depresi. Misalnya penyakit kecemasan, alkoholisme dan penyalahgunaan zat-zat lainnya, skizofrenia dan stadium awal dementia.
Kelainan fisik yang dapat menyebabkan depresi
1.      Efek samping obat-obatan :
Ø  Amfetamin
Ø  Obat anti psikosa
Ø  Beta bloker
Ø  Simetidin
Ø  Pil KB
Ø  Sikloserin
Ø  Indometasin
Ø  Air raksa
Ø  Metidopa
Ø  Reserpin
Ø  Talium
Ø  Vinblastin
Ø  Vinkristin
2.   Infeksi
Ø  AIDS
Ø  Influenza
Ø  Mononucleosis
Ø  Sifilis (stadium lanjut)
Ø  Tuberculosis
Ø  Hepatitis virus
Ø  Pneumonia virus
3.   Kelainan hormonal
Ø  Penyakit Addison
Ø  Penyakit cushing
Ø  Hiperparatiroidisme
Ø  Hipotirodisme dan hipertirodime
Ø  Hipopituitarisme
4.   Penyakit jaringan ikat
Ø  Arthritis rematoid
Ø  Lupus eritematosus sistemik
5.   Kelainan neurologis
Ø  Tumor otak
Ø  Cedera kepala
Ø  Sklerosis multiple
Ø  Penyakit Parkinson
Ø  Tidur apneu
Ø  Stroke
Ø  Epilepsy lobus temporalis
6.   Kelainan gizi
Ø  Pellagra (kekurangan vitamin B6)
Ø  Anemia pernisiosa (kekurangan vitamin B12)
7.   Kanker
Ø  Kanker perut (indung telur, usus besar)
Ø  Kanker yang menyebar ke seluruh tubuh
D.     Intervensi Keperawatan
1)      Anjurkan klien untuk istirahat dan lebih banyak beristirahat karena kelelahan klien akan mendorong pada kelemahan yang mana pada gilirannya dapat mendorong kea rah depresi.
2)      Cegah untuk tergesa gesa melakukan pekerjaan rumah tangga meskipun pada saat bayi sedang tertidur.
3)      Coba untuk makan secara teratur, sekalipun selera makan klien adalah kecil.
4)      .Lakukan beberapa latihan ringan.
5)      Bicarakan bersama sama keraguan dan ketakkutan yang dirasakannya, hindari membicarakan sesuatu yang membuatnya merasa lebih buruk. Jika dia mungkin dapat membantu jangan menambah tekanan dengan mengajaknya pindah ke rumah atau disuruh membuat keputusan yang berat.
6)      Coba untuk mempunyai buku catatan harian, akan jadi suatu saluran bermanfaat untuk menyalurkan perasaannya dan akan menolong ke arah lebih baik.
7)      Jangan membebani dengan pemikiran pemikiran yang berat, lakukan apa saja yang membuatnya merasa lebih baik dan berikan pujian ketika ia mampu melakukan sesuatu betapapun kecilnya.
8)      Yang paling penting, jangan ditakiut takuti; setiap perempuan yang menderita penyakit setelah kelahiran akan pulih pada waktunya.

Intervensi lainnya dapat dilakukan dengan cara kolaboratif :
1)      Untuk mengatasinya, perawat dapat menganjurkan ibu untuk tidur cukup, tidak dibebani banyak pikiran, misalnya karena ASI tidak keluar, banyak bergerak dan beraktifitas seperti senam masa nifas, jalan pagi, menyapu rumah dan lainnya. Sehingga proses sirkulasi darah menjadi baik. Oleh dokter, biasanya ibu akan diberi vitamin C dosis tinggi, obat obatan penenang dan juga menambah darah.
2)      Buat lingkungan yang nyaman dengan cara milieu therapy
3)      Bidan hendaknya membantu memenuhi kebutuhan personal hygiene
4)      Batasi interaksi dengan orang lain kecuali yang membuatnya merasa nyaman dan tenang
5)      Kolaborasi dengan perawat maternitas dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
6)      Libatkan suami atau orang terdekat dalam implementasi asuhan kebidanan
7)      Dukung untuk melakukan ibadah atau kolaborasi psikoreligius terapi sesuai keyakinannya.
8)      Ciptakan suasana yang menyenangkan dengan music, bacaan, tontonan yang membuatnya terhibur
9)      Wanita yang baru menjadi ibu sebaiknya didorong untuk membicarakan perasaan serta ketakutannya.
10)  Bersosialisasi dengan kelompok dukungan dan teman, ikut berperan dalam membantu kesembuhannya. Mereka juga dianjurkan mengkonsumsi makanan sehat guna memperbaiki suasana hatinya. Kafein sebaiknya dihindari karena bias memicu kecemasan dan mengganngu suasana hati.
11)  Kolaborasi dengan bagian gizi dalam pemberian menu yang seimbang; cegah dengan ikan tuna, mengkonsumsi ikan salmon, sardine, dan jenis ikan laut lainnya bias membantu perempuan hamil menghindari depresi sebelum dan setelah melahirkan, begitu yang disebutkan sebuah penilitian seperti dikutip CBSNews. Com. Pada penilitan sebelumnya disebutkan bahwa makanan laut, terutama ikan tuna,hering, salmon, dan sardine mengandung asam lemak omega 3. Menurut para peneliti, asam lemak omega 3 dapat menangkal depresi dan mempunyai efek proteksi terhadap penyakit jantung.
Meskipun begitu, banyak yang mengkahawatirkan wanita hamil dalam mengasup makanan laut. Sebab, masih ditemukan kontaminasi logam berat merkuri pada beberapa jenis makanan laut. Para ahli masih merekomendasikan konsumsi beragam makanan laut tidak lebih dari 12 ounces (336 gram) perminggu. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 11.721 perempuan di inggris. Para periset menemukan, semakin banyak konsumsi asam lemak omega 3 yang berasal dari makanan laut saat masa kehamilan trimester 3, semakin kecil tanda tanda depresi mayor pada saat itu hingga 8 bulan setelah melahirkan. Kenyataannya, tingkat depresi pada perempuan dengan asupan asam lemak omega 3 tertinggi hanya setengahnya dibandingkan dengan perempuan dengan asupan rendah.(Joseph, R. Hibbeln). Asupan dikategorikan tertinggi bila wanita hamil mengkonsumsi 2-3 ekor ikan perminggu. Data menunjukkan, sedikit sekali kandungan kandungan logam berat merkuri pada salmon dan dan remis. Suplemen minyak ikan juga dinyatakan bebas merkuri.
12)  Hasil penelitian tetap bertahan setelah peneliti memasukkan factor lain yang mempengaruhi resiko sakit. “Meski begitu, penelitian yang lebih definitive sebaiknya dilakukan sebelum asam lemak omega 3 direkomendasikan bagi wanita hamil untuk mengurangi atau menghindari depresi,” ujar Hibblen (ketua klinik rawat jalan di National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism, Bethesdam AS). Hasil penelitian itu dirilis pada pertemuan tahunan American Psyciatric Assosiation, tahun 2003.
13)  Sekitar 10 % dari wanita hamil yang mengalami PPB bias berlanjut menjadi depresi berat, sehingga bias mempengaruhi fungsi mereka sebagai ibu. Angka itu bias melompat menjadi 13-15% pada ibu baru. Post partum depression atau depresi pasca partum depression atau depresi pasca persalinan dapat mengganggu interaksi ibu dengan bayi. Termasuk membuat bayi berisiko mengalami masalah bahasa atau perkembangan fisik. Para periset telah meneliti penggunaan obat antidepresan pada wanita hamil dan menyusui, apakah berpotensi membahayakan janin dan bayi.”Hasil yang muncul menunjukkan resiko rendah, meski ada beberapa penelitian yang melihat efek jangka panjangnya,” ujar Katherine Wisner dari University of Pittsburgh, yang melakukan penelitian depresi selama dan setelah kehamilan. “Penelitian ini menunjukkan hubungan statistic yang kuat antara rendahnya asam lemak omega 3 dengan gejala depresif,” tambah Wisner.
Mengapa asam lemak omega 3 bisa mengurangi resiko depresi ??? Zat tersebut menjadi kunci penting dalam membangun dinding pada otak. Hiibblen mengatakan, kadar asam lemak omega 3 yang rendah dalam diet dihubungkan pula dengan rendahnya kadar zat kimia otak yang disebut serotonin. Nah, rendahnya kadar serotonin inilah yang berkaitan dengan depresi.
Wanita hamil rentan terhadap rendahnya kadar asam lemak omega 3. “Karena janin mengambil cadangan asam lemak omega 3 dalam tubuh ibu,”Ujar Hibbeln. Jika ibu tidak mengkonsumsi asam lemak omega 3 dalam jumlah cukup, cadangan yang ada akan habis.
Adalah tugas para peneliti menunjukkan kadar asam lemak yang dibutuhkan untuk mencegah depresi.” Ini akan menjadi penemuan besar,”tambah Wisner.

0 komentar:

Posting Komentar