STIKES MATARAM

STIKES MATARAM

Minggu, 18 November 2012

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Depresi



BAB II
PEMBAHASAN

A.   MASALAH UTAMA
Gangguan alam perasaan: depresi.

B.   PROSES TERJADINYA MASALAH
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagai­nya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedah­an, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
C.   Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi, presipitasi, dan perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien
a.    Faktor predisposisi
·           Faktor genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.
·           Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri.
·           Teori kehilangan, berhubungan dengan factor perkembangan misalnya  kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis denagn orang yang sangat dicintai, individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
·           Teori kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai akibat gangguan perkembangan terhadap penilaian diri, yaitu penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak harapan.
·           Model belajar ketidakberdayaan, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupannya sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
·           Model perilaku, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya penguatan positif selama bereaksi dengan lingkungan.
·           Model biologis, mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.

b.            Faktor Presipitasi
Ada lima stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan:
·           Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri.
·           Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah
·           Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya depresi, terutama pada wanita.
·           Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter personal dan organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung social, menambah stress individu.
·           Ketidak seimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam perasaan. Khususnya obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif. Kebanyakan penyakit kronis yang melemahkan sering disertai depresi. Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika disertai kerusakan organic dan gejala depresi secara klinik.



c.    Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang hebat. Pada depresi mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi, mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan. 
d.    Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal yang tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. 


Perilaku yang berhubungan dengan depresi (Stuart & Sundeen, 1995 hal. 215)
Afektif
Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif
Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada, over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.
Tingkah laku
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable, berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.







D.   POHON MASALAH



Resiko mencederai diri
 
 
                                                                                                      Akibat
 

Text Box: Gangguan alam perasaan: depresi                           
                                                                   Core problem

                                                            
Koping maladaptif

 
                                                                                                
                                                                                                 Penyebab                                                                                  
                            

  1. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1.    Gangguan alam perasaan: depresi
a.    Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
b.    Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan lang­kah yang diseret.Kadang‑kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering me­nangis.Proses berpikir terlambat, seolah‑olah pikirannya kosong, konsentrasi tergang­gu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi.Kadang‑kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.

2.    Koping maladaptif
a.    DS     : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
b.    DO     : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

IV.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2.    Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

V.   RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a.    Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b.    Tujuan khusus
1.    Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1.  Perkenalkan diri dengan klien
1.2.  Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
1.3.  Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
1.4.  Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
1.5.  Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
1.6.  Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.

2.    Klien dapat menggunakan koping adaptif
2.1.    Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
2.2.    Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
2.3.    Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
2.4.    Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
2.5.    Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
2.6.    Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
2.7.     Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.

3.    Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
3.1.     Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
3.2.    Jauhkan dan simpan alat‑alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
3.3.    Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
3.4.    Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.

4.   Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
4.2.   Kaji dan kerahkan sumber‑sumber internal individu.
4.3. Bantu mengidentifikasi sumber‑sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal‑hal untuk diselesaikan).

5.   Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
5.1.   Kaji dan manfaatkan sumber‑sumber ekstemal individu (orang‑orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
5.2.   Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
5.3.   Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling  pemuka agama).

6.    Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
          6.1.  Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
6.2.   Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
6.3.   Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
6.4.   Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

0 komentar:

Posting Komentar