I.
Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau
vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
II. Jenis – jenis operasi
sectio caesarea
1.
Abdomen (sectio caesarea
abdominalis)
a.
Sectio caesarea
transperitonealis
-
SC klasik atau corporal (dengan
insisi memanjang pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus
uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
ü Mengeluarkan janin dengan cepat
ü Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
ü Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
ü Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik
ü Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan
-
SC ismika atau profundal (low
servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada
segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
ü Penjahitan luka lebih mudah
ü Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
ü Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
ü Perdarahan tidak begitu banyak
ü Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
ü Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
ü Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
b.
SC ektra peritonealis yaitu
tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum
abdominal
2.
Vagina (section caesarea
vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat
dilakukan sebagai berikut :
- Sayatan memanjang ( longitudinal )
- Sayatan melintang ( Transversal )
- Sayatan huruf T ( T insicion )
III. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan
jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada
janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan
normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
-
Fetal distress
-
His lemah / melemah
-
Janin dalam posisi sungsang
atau melintang
-
Bayi besar ( BBL ³ 4,2 kg )
-
Plasenta previa
-
Kalainan letak
-
Disproporsi cevalo-pelvik (
ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )
-
Rupture uteri mengancam
-
Hydrocephalus
-
Primi muda atau tua
-
Partus dengan komplikasi
-
Panggul sempit
-
Problema plasenta
IV. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini
antara lain :
1.
Infeksi puerperal ( Nifas )
-
Ringan, dengan suhu meningkat
dalam beberapa hari
-
Sedang, suhu meningkat lebih
tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
-
Berat, peritonealis, sepsis dan
usus paralitik
2.
Perdarahan
-
Banyak pembuluh darah yang
terputus dan terbuka
-
Perdarahan pada plasenta bed
3.
Luka kandung kemih, emboli paru
dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
4.
Kemungkinan rupture tinggi
spontan pada kehamilan berikutnya
V.
Post Partum
A. DEFINISI PUERPERIUM /
NIFAS
Adalah masa sesudah persalinan dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002)
adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
(Obstetri Fisiologi, 1983)
B. PERIODE
Masa
nifas dibagi dalam 3 periode:
1.
Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2.
Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3.
Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Menjaga kesehatan Ibu dan
bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2.
Melaksanakan skrining yang
komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3.
Memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4.
Memberikan pelayanan keluarga
berencana.
D.
TANDA DAN GEJALA
1.
Perubahan Fisik
a.
Sistem Reproduksi
·
Uterus
·
Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah
hamil.
No
|
Waktu
|
TFU
|
Konsistensi
|
After pain
|
Kontraksi
|
1.
2.
3.
4.
|
Segera setelah
lahir
1 jam setelah
lahir
12 jam setelah
lahir
setelah 2 hari
|
Pertengahan
simpisis dan umbilikus
Umbilikus
1 cm di atas pusat
Turun 1 cm/hari
|
Lembut
|
Terjadi
Berkurang
|
Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.
-
Lochea
·
Komposisi
Jaringan endometrial, darah dan limfe.
·
Tahap
a.
Rubra (merah) : 1-3 hari.
b.
Serosa (pink kecoklatan)
c.
Alba (kuning-putih) : 10-14
hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
·
Bau normal seperti menstruasi,
jumlah meningkat saat berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
-
Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu
rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.
-
Ovulasi
Ada tidaknya
tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau
lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu
ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi
untuk mencegah kehamilan.
-
Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema,
bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu,
struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
-
Vagina
Nampak berugae kembali pada 3
minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu,
bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
-
Perineum
·
Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
·
Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
b.
Payudara
Payudara
membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan
prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan
berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang
tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
c.
Sistem Endokrin
-
Hormon Plasenta
HCG (-)
pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam
post partum normal setelah siklus menstruasi.
-
Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama,
menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada
minggu I post partum.
d.
Sistem Kardiovaskuler
-
Tanda-tanda vital
Tekanan
darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum
terjadi bradikardi.
-
Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4
minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc,
sesaria : 600 – 800 cc.
-
Perubahan hematologik
Ht
meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
-
Jantung
Kembali
ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e.
Sistem Respirasi
Fungsi
paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah
3 minggu post partum.
f.
Sistem Gastrointestinal
-
Mobilitas lambung menurun
sehingga timbul konstipasi.
-
Nafsu makan kembali normal.
-
Kehilangan rata-rata berat
badan 5,5 kg.
g.
Sistem Urinaria
-
Edema pada kandung kemih,
urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
-
Pada fungsi ginjal:
proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
-
Fungsi kembali normal dalam 4
minggu.
h.
Sistem Muskuloskeletal
Terjadi
relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti
2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i.
Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j.
Sistem Imun
Rhesus
incompability, diberikan anti RHO
imunoglobin.
VI.
PANGGUL SEMPIT
Dalam Obstetri yang terpenting bukan
panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional
artinya perbandingan antara kepala dan panggul
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
1.
Kesempitan pintu atas panggul
2.
kesempitan bidang bawah panggul
3.
kesempitan pintu bawah panggul
4.
kombinasi kesempitan pintu atas
pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Ø Kesempitan pintu atas
panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit
kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang
dari 12 cm
Conjugata
vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai
10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat
menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah
diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan
kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
1.
Kelainan karena gangguan
pertumbuhan
a.
Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
b.
Panggul picak : ukuran muka belakang sempit,
ukuran melintang biasa
c.
Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran
muka belakang
d.
Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu
bawah panggul sempit
e.
Panggul belah : symphyse terbuka
2.
kelainan karena penyakit tulang
panggul atau sendi-sendinya
a.
Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit,
seluruha panggul sempit picak dan lain-lain
b.
Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c.
Radang articulatio sacroilliaca
: panggul sempit miring
3.
kelainan panggul disebabkan
kelainan tulang belakang
a.
kyphose didaerah tulang
pinggang menyebabkan panggul corong
b.
sciliose didaerah tulang panggung
menyebabkan panggul sempit miring
4.
kelainan panggul disebabkan
kelainan aggota bawah
coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota
menyebabkan panggul sempit miring.
Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura
dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.
Ø Pengaruh panggul sempit
pada kehamilan dan persalinan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada
kehamilan maupun persalinan.
1.Pengaruh pada kehamilan
-
Dapat menimbulkan retrafexio
uteri gravida incarcerata
-
Karena kepala tidak dapat turun
maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah
Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut
menggantung
Perut yang menggantung pada seorang primi gravida
merupakan tanda panggul sempit
-
Kepala tidak turun kedalam
panggul pada bulan terakhir
-
Dapat menimbulkan letak muka,
letak sungsang dan letak lintang.
-
Biasanya anak seorang ibu
dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.
2.Pengaruh pada persalinan
-
Persalinan lebih lama dari
biasa.
a.
Karena gangguan pembukaan
b.
Karena banyak waktu
dipergunakan untuk moulage kepala anak
Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah
sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul
selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan
pada pintu atas panggul
-
Pada panggul sempit sering
terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya :
a.
Pada panggul picak sering
terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari
diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
Asynclitismus sering juga terjadi,
yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing)
b.
Pada oang sempit kepala anak
mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan
lahir sekecil-kecilnya
c.
Pada panggul sempit melintang
sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada
pintu atas panggul.
-
Dapat terjadi ruptura uteri
kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan
oleh panggul sempit
-
Sebaiknya jika otot rahim
menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra
partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan
kematian anak didalam rahim.
Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania
uteri atau physometra.
-
Terjadi fistel : tekanan yang
lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa.
Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula
recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung
kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang
tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum.
-
Ruptur symphyse dapat terjadi ,
malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.
Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh
tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya.
-
Parase kaki dapat menjelma
karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang
paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus.
3.Pengaruh pada anak
-
Patus lama misalnya: yang lebih
dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian
perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
-
Prolapsus foeniculli dapat
menimbulkan kematian pada anak
-
Moulage yang kuat dapat
menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang
lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda
tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan
dapat terjadi fraktur impresi.
Ø Persangkaan Panggul sempit
Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit
kalau :
1.
Aprimipara kepala anak belum
turun setelah minggu ke 36
2.
Pada primipara ada perut
menggantung
3.
pada multipara persalinan yang
dulu – dulu sulit
4.
kelainan letak pada hamil tua
5.
kelainan bentuk badan (Cebol,
scoliose,pincang dan lain-lain)
6.
osborn positip
Ø Prognosa
Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung
pada berbagai faktor
-
Bentuk panggul
-
Ukuran panggul, jadi derajat
kesempitan
-
Kemungkinan pergerakan dalam
sendi-sendi panggul
-
Besarnya kepala dan kesanggupan
moulage kepala
-
Presentasi dan posisi kepala
-
His
Diantara faktor faktor tersebut
diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya
ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi
dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.
Menurut pengalaman tidak ada anak
yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang
dari 8 ½ cm.
Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih
persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat.
Karena itu kalau CV < 8 ½ cm
dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut )
Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm
hasil persalinan tergantung pada banyak faktor :
1.
Riwayat persalinan yang lampau
2.
besarnya presentasi dan posisi
anak
3.
pecahnya ketuban sebelum
waktunya memburuknya prognosa
4.
his
5.
lancarnya pembukaan
6.
infeksi intra partum
7.
bentuk panggul dan derajat
kesempitan
karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan
pada panggul dengan CV antara 8 ½ - 10cm (sering disebut panggul sempit
relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan.
Ø Persalinan percobaan
Yang disebut persalinan percobaan
adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang
relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang
kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau
kelainan letak lainnya.
Persalinan percobaan dimulai pada
permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa
persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per
vaginam.
Persalinan percobaan dikatakan
berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan
ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.
Kita menghentikan presalianan
percobaan kalau:
1.
– pembukaan tidak atau kurang
sekali kemajuaannya
-
Keadaan ibu atau anak menjadi
kurang baik
-
Kalau ada lingkaran retraksi
yang patologis
2.
– setelah pembukaan lengkap dan
pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul
walaupun his cukup kuat
-
Forcepe gagal
Dalam
keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC
dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan
berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi
Dalam istilah inggris ada 2 macam
persalinan percobaan :
1.
Trial of labor : serupa dengan
persalinan percobaan yang diterngkan diatas
2.
test of labor : sebetulnya
merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada
pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya.
Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan
lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan
berhasil.
Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena:
1.
Seringkali pembukaan tidak
menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit
2.
kematian anak terlalu tinggo
dengan percobaan tersebut
Ø kesempitan bidang tengah
panggul
bidang tengah panggul terbentang antara
pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira
pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5
Ukuran yang terpenting dari bidang ini
adalah :
1.
Diameter transversa ( diameter
antar spina ) 10 ½ cm
2.
diameter anteroposterior dari
pinggir bawah symphyse ke pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 11
½ cm
3.
diameter sagitalis posterior
dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5 5
cm
dikatakan bahwa bidang tengah panggul
itu sempit :
1.
Jumlah diameter transversa dan
diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm)
2.
diameter antara spina < 9 cm
ukuran – ukuran bidang tengah panggul
tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi
kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau :
-
Spinae ischiadicae sangat
menonjol
-
Kalau diameter antar tuber
ischii 8 ½ cm atau kurang
Ø Prognosa
Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan
putaran paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang
diperlukan SC.
Ø Terapi
Kalau persalinan terhenti karena
kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum,
karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
Ø Kesempitan pintu bawah
panggul:
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi
tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan
Ukuran – ukuran yang penting ialah :
1.
Diameter transversa (diameter
antar tuberum ) 11 cm
2.
diameter antara posterior dari
pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 ½ cm
3.
diameter sagitalis posterior
dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7
½ cm
pintu
bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau
kurang
kalau jarak ini berkurang dengan
sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan
untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Menurut thomas dustacia dapat terjadi
kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm (
normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm )
Kalau pintu bawah panggul sempit
biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul
dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang
memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan
episiotomy yang cukup luas.
VII.
Pengkajian
1.
Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal,
penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan
thrombus )
2.
integritas ego
perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya
factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat
beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis
3.
Makanan / cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi
Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis
4.
Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok
5.
Keamanan
-
Adanya alergi atau sensitive
terhadap obat, makanan, plester dan larutan
-
Adanya defisiensi imun
-
Munculnya kanker/ adanya terapi
kanker
-
Riwayat keluarga, tentang hipertermia
malignan/ reaksi anestesi
-
Riwayat penyakit hepatic
-
Riwayat tranfusi darah
-
Tanda munculnya proses infeksi
VIII. Pathways
IX.
Proritas Keperawatan
-
Mengurangi ansietas dan trauma
emosional
-
Menyediakan keamanan fisik
-
Mencegah komplikasi
-
Meredakan rasa sakit
-
Memberikan fasilitas untuk
proses kesembuhan
-
Menyediakan informasi mengenai
proses penyakit
X. Diagnosa Keperawatan
Ø Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat
diperkirakan
Ø Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
Ø Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
Ø Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan
luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah )
XI. Intervensi
DP
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat
diperkirakan
Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan tubuh untuk
penyembuhan luka,penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah
|
Ansietas berkurang setelah diberikan perawatan dengan kriteria
hasil :
-
Tidak menunjukkan traumatik
pada saat membicarakan pembedahan
-
Tidak tampak gelisah
-
Tidak merasa takut untuk
dilakukan pembedahan yang sama
-
Pasien merasa tenang
Infeksi tidak terjadi setelah perawatan selama 24 jam pertama dengan kriteria hasil :
-
Menunjukkan kondisi luka yang
jauh dari kategori infeksi
-
Albumin dalam keadaan normal
-
Suhu tubuh pasien dalam
keadaan normal, tidak demam
Nyeri dapat berkurang setelah perawatan 1x 24 jam dengan kriteria
:
-
Pasien tidak mengeluh nyeri /
mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang
Mendemontrasikan berat badan stabil atau penambahan berat badan
progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari
tanda malnutrisi
|
-
Lakukan pendekatan diri pada
pasien supaya pasien merasa nyaman
-
Yakinkan bahwa pembedahan
merupakan jalan terbaik yang harus ditempuh untuk menyelamatkan bayi dan ibu
-
Berikan nutrisi yang adekuat
-
Berikan penkes untuk menjaga
daya tahan tubuh, kebersihan luka, serta tanda-tanda infeksi dini pada luka
-
lakukan pengkajian nyeri
-
lakukan managemen nyeri
-
monitoring keadaan insisi
luka post operasi
-
ajarkan mobilitas yang
memungkinkan tiap jam sekali
-
kaji status nutrisi secara
continue selama perawatan tiap hari, perhatikan tingkat energi, kondisi,
kulit, kuku, rambut, rongga mulut
-
tekankan pentingnya trasnsisi
pada pemberian makan per oral dengan tepat
-
beri waktu mengunyah,
menelan, beri sosialisasi dan bantuan makan sesuai dengan indikasi
|
-
Rasa nyaman akan menumbuhkan
rasa tenang, tidak cemas serta kepercayaan pada perawat.
-
Nutrisi yang adekuat akan
menghasilkan daua tubuh yang optimal
-
Dengan adanya partisipasi
dari pasien, maka kesembuhan luka dapat lebih mudah terwujud
-
Setiap skala nyeri memiliki
managemen yang berbeda
-
Antisipasi nyeri akibat luka
post operasi
-
Antisipasi nyeri akibat luka
post operasi
-
Mobilitas dapat merangsang
peristaltik usus sehingga mempercepat flatus
-
Memberi kesempatan untuk
mengobservasi penyimpangan dari norma/ dasar pasien dan mempengaruhi pilihan
intervensi
-
Trasnsisi pemberian makan
oral lebih disukai
-
Pasien perlu bantuan untuk
menghadapi masalah anoreksia, kelelahan, kelemahan otot
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L. J, 2001, Diagnosa
keperawatan, Jakarta
: EGC
Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta
: EGC
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis
Obstetri, Jakarta
: EGC
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
0 komentar:
Posting Komentar