ASUHAN
KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM (MASA NIFAS)
Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
(Dikaitkan
Dengan Patofisiologi, Insiden dan Prognosis Penyakit)
1.
PENGERTIAN:
Puerperium (masa nifas) adalah masa
sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan
laktasi.
2.
PATOFISIOLOGI:
Post
partum/masa nifas/puerperium
Aspek fisiologis Aspek psikososial
Tanda vital Sist.kardiovaskuler Sist.endokrin Sist.urinaria Kelahiran bayi
Sist.pencernaan Sist.muskuloskletal Reproduksi Perubahan dalam
keluarga
Adaptasi Tidak beradaptasi
Suhu meningkat Sensasi eks.bawah
Breast
engorgement Tromboplebitis
Edema
Resiko ggn.proses parenting
Nyeri Ggn.
Pemenuhan ADL Diuresis
Resiko
gangguan proses laktasi
Urgensi
Resiko
infeksi puerperalis
Urinary frekuency
Nafsu makan Meningkat Prod. Hormon turun.
Penurunan tonus abdomen Prolaktin meningkat Ggn.
Eleminasi BAK
Prod. ASI
Resiko konstipasi Resiko ggn. Proses parenting
Bradikardia Involusi
uteri
Takikardia involusi daerah
impalntasi plasenta
Cerviks
Instability
vasomotor Perubahan pd.
vagina
Kencang pd clitoris dan labia
Diaporesis/menggigil Luka perineum
Pengeluaran kolostrum.
Gangguan rasa nyaman
Resiko infeksi
puerperalis
Ggn.rasa nyaman(nyeri)
Resiko
ggn proses laktasi
Pemeriksaan
Diagnostik
|
Hasil:
|
1. Kondisi
uterus: palpasi fundus, kontraksi, TFU.
2. Jumlah
perdarahan: inspeksi perineum, laserasi, hematoma.
3. Pengeluaran
lochea.
4. Kandung
kemih: distensi bladder.
5. Tanda-tanda
vital: Suhu 1 jam pertama setelah partus, TD dan Nadi terhadap penyimpangan
cardiovaskuler.
|
Kontraksi miometrium, tingkat involusi
uteri.
Bentuk insisi, edema.
Rubra, serosa dan alba.
Hematuri, proteinuria, acetonuria.
24 jam pertama ³
380C.
Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
menurun 20 mmHg.
Bradikardi: 50-70 x/mnt.
|
Diagnosa Keperawatan:
1.
Resiko defisit volume
cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat
berlebihan.
2.
Perubahan pola eleminasi
BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3.
Perubahan pola eleminasi
BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma
persalinan.
4.
Gangguan rasa nyaman
(nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid;
pembengkakan payudara.
5.
Resiko infeksi b/d trauma
jalan lahir.
6.
Resiko gangguan proses
parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
7. Gangguan
pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
|
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Rencana
Intervensi
|
Rasional
|
Resiko defisit volume cairan b/d
pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
|
Pasien dapat mendemostrasikan status cairan
membaik.
Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi
dehidrasi, resolusi oedema, haluaran urine di atas 30 ml/jam, kulit
kenyal/turgor kulit baik.
|
Pantau:
-
Tanda-tanda vital setiap 4
jam.
-
Warna urine.
-
Berat badan setiap hari.
-
Status umum setiap 8 jam.
Beritahu dokter bila: haluaran urine <
30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap
atau encer gelap.
Konsultasi dokter bila manifestasi
kelebihan cairan terjadi.
Pantau: cairan masuk dan cairan keluar
setiap 8 jam.
|
Mengidentifikasi penyimpangan indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia
dan perlunya peningkatan cairan.
Mencegah pasien jatuh ke dalam kondisi
kelebihan cairan yang beresiko terjadinya oedem paru.
Mengidentifikasi keseimbangan cairan pasien
secara adekuat dan teratur.
|
Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d
trauma perineum dan saluran kemih.
|
Pola eleminasi (BAK) pasien teratur.
Kriteria hasil: eleminasi BAK lancar,
disuria tidak ada, bladder kosong, keluhan kencing tidak ada.
|
Kaji haluaran urine, keluhan serta
keteraturan pola berkemih.
Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.
Anjurkan pasien untuk membasahi perineum
dengan air hangat sebelum berkemih.
Anjurkan pasien untuk berkemih secara
teratur.
Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24
jam.
Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi
bila pasien kesulitan berkemih.
|
Mengidentifikasi penyimpangan dalam pola
berkemih pasien.
Ambulasi dini memberikan rangsangan untuk
pengeluaran urine dan pengosongan bladder.
Membasahi bladder dengan air hangat dapat
mengurangi ketegangan akibat adanya luka pada bladder.
Menerapkan pola berkemih secara teratur
akan melatih pengosongan bladder secara teratur.
Minum banyak mempercepat filtrasi pada
glomerolus dan mempercepat pengeluaran urine.
Kateterisasi memabnatu pengeluaran urine
untuk mencegah stasis urine.
|
Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi)
b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
|
Pola eleminasi (BAB) teratur.
Kriteria hasil: pola eleminasi teratur, feses
lunak dan warna khas feses, bau khas feses, tidak ada kesulitan BAB, tidak
ada feses bercampur darah dan lendir, konstipasi tidak ada.
|
Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau,
konsistensi dan jumlah.
Anjurkan ambulasi dini.
Anjurkan pasien untuk minum banyak
2500-3000 ml/24 jam.
Kaji bising usus setiap 8 jam.
Pantau berat badan setiap hari.
Anjurkan pasien makan banyak serat seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran hijau.
|
Mengidentifikasi
penyimpangan serta kemajuan dalam pola eleminasi (BAB).
Ambulasi
dini merangsang pengosongan rektum secara lebih cepat.
Cairan
dalam jumlah cukup mencegah terjadinya penyerapan cairan dalam rektum yang
dapat menyebabkan feses menjadi keras.
Bising
usus mengidentifikasikan pencernaan dalam kondisi baik.
Mengidentifiakis
adanya penurunan BB secara dini.
Meningkatkan
pengosongan feses dalam rektum.
|
Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi;
kelemahan.
|
ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien
terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil:
-
Menunjukkan peningkatan
dalam beraktifitas.
-
Kelemahan dan kelelahan
berkurang.
-
Kebutuhan ADL terpenuhi
secara mandiri atau dengan bantuan.
-
frekuensi jantung/irama
dan Td dalam batas normal.
-
kulit hangat, merah muda
dan kering
|
·
Kaji toleransi pasien
terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek
nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat,
kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
·
Tingkatkan istirahat,
batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan aktifitas
senggang yang tidak berat.
·
Kaji kesiapan untuk
meningkatkan aktifitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek
nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri.
·
Dorong memajukan
aktifitas/toleransi perawatan diri.
·
Anjurkan keluarga untuk
membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
·
Jelaskan pola peningkatan
bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak
pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.
|
· Parameter
menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan indikator
derajat penagruh kelebihan kerja jnatung.
· Menurunkan
kerja miokard/komsumsi oksigen , menurunkan resiko komplikasi.
· Stabilitas
fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas
individu.
· Komsumsi
oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen
yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada
kerja jantung.
· Teknik
penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
· Aktifitas
yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah
aktifitas berlebihan.
|
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan
perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
|
Pasien mendemonstrasikan tidak adanya
nyeri.
Kriteria hasil: vital sign dalam batas
normal, pasien menunjukkan peningkatan aktifitas, keluhan nyeri terkontrol,
payudara lembek, tidak ada bendungan ASI.
|
Kaji tingkat nyeri pasien.
Kaji kontraksi uterus, proses involusi
uteri.
Anjurkan pasien untuk membasahi perineum
dengan air hangat sebelum berkemih.
Anjurkan dan latih pasien cara merawat
payudara secara teratur.
Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat
luka perineum dan mengganti PAD secara teratur setiap 3 kali sehari atau
setiap kali lochea keluar banyak.
Kolaborasi dokter tentang pemberian
analgesik bial nyeri skala 7 ke atas.
|
Menentukan intervensi keperawatan sesuai
skala nyeri.
Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan
berdasarkan involusi uteri.
Mengurangi ketegangan pada luka perineum.
Melatih ibu mengurangi bendungan ASI dan
memperlancar pengeluaran ASI.
Mencegah infeksi dan kontrol nyeri pada
luka perineum.
Mengurangi intensitas nyeri denagn menekan
rangsnag nyeri pada nosiseptor.
|
Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
|
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda infeksi tidak ada,
luka episiotomi kering dan bersih, takut berkemih dan BAB tidak ada.
|
Pantau: vital sign, tanda infeksi.
Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan
jumlah.
Kaji luka perineum, keadaan jahitan.
Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis
berkemih dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau
setiap kali pengeluaran lochea banyak.
Pertahnakan teknik septik aseptik dalam
merawat pasien (merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi).
|
Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan
sesuai intervensi yang dilakukan.
Mengidentifikasi kelainan pengeluaran
lochea secara dini.
Keadaan luka perineum berdekatan dengan
daerah basah mengakibatkan kecenderunagn luka untuk selalu kotor dan mudah
terkena infeksi.
Mencegah infeksi secara dini.
Mencegah kontaminasi silang terhadap
infeksi.
|
Resiko gangguan proses parenting b/d
kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
|
Gangguan proses parenting tidak ada.
Kriteria hasil: ibu dapat merawat bayi
secara mandiri (memandikan, menyusui).
|
Beri kesempatan ibu untuk melakuakn
perawatan bayi secara mandiri.
Libatkan suami dalam perawatan bayi.
Latih ibu untuk perawatan payudara secara
mandiri dan teratur.
Motivasi ibu untuk meningkatkan intake
cairan dan diet TKTP.
Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila
tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi.
|
Meningkatkan kemandirian ibu dalam
perawatan bayi.
Keterlibatan bapak/suami dalam perawatan
bayi akan membantu meningkatkan keterikatan batih ibu dengan bayi.
Perawatan payudara secara teratur akan
mempertahankan produksi ASI secara kontinyu sehingga kebutuhan bayi akan ASI
tercukupi.
Mneingkatkan produksi ASI.
Meningkatkan hubungan ibu dan bayi sedini
mungkin.
|
BUKU ACUAN:
1.
Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri
Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
2.
Hacker
Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3.
Hanifa
Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
4.
Marylin
E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice
C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar