BAB II
PEMBAHASAN
A. MASALAH UTAMA
Gangguan
alam perasaan: depresi.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai
komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia,
serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin),
tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor
heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor
fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh,
faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit
infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor
psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu
yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi
sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila
keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat
menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
C. Pengkajian
Pengkajian
dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi, presipitasi, dan
perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien
a. Faktor
predisposisi
·
Faktor
genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam
perasaan diteruskan
melalui garis keturunan.
·
Teori
agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang yang
dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang,
ambivalen antara perasaan
benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri.
·
Teori
kehilangan, berhubungan dengan factor perkembangan misalnya kehilangan
orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis denagn orang yang
sangat dicintai, individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
·
Teori
kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai akibat gangguan perkembangan
terhadap penilaian diri, yaitu penilaian negatif terhadap diri, sehingga
terjadi gangguan
proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat dan
tidak berharga serta hidup sebagai tidak harapan.
·
Model
belajar ketidakberdayaan, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena individu
mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif dan tidak mampu
menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu akan ketidakmampuannya
mengendalikan kehidupannya sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons
yang adaptif.
·
Model
perilaku, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya penguatan positif
selama bereaksi dengan lingkungan.
·
Model
biologis, mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi,
yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi
kortisol.
b.
Faktor Presipitasi
Ada lima stressor yang dapat
menyebabkan gangguan
alam perasaan:
·
Kehilangan
kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang,
fungsi tubuh, status atau harga diri.
·
Kejadian
penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang mendahului episode
depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan individu untuk
menyelesaikan masalah
·
Banyaknya
peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya depresi,
terutama pada wanita.
·
Sumber
koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter personal dan
organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung social, menambah stress
individu.
·
Ketidak
seimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam
perasaan. Khususnya
obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif. Kebanyakan penyakit kronis yang melemahkan
sering disertai depresi. Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika
disertai kerusakan organic dan gejala depresi secara klinik.
c. Mekanisme
koping
Mekanisme koping yang digunakan pada
reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan
untuk menghindari tekanan yang hebat. Pada depresi mekanisme koping yang
digunakan adalah represi, supresi, mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku
mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena
kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
d. Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan mania
dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas
psikologikal yang tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat
menonjol atau dapat terjadi agitasi.
Perilaku yang berhubungan
dengan depresi (Stuart & Sundeen, 1995 hal. 215)
Afektif
|
Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak
berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak
berharga.
|
Kognitif
|
Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi, hilang
perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri, rasa
tidak menentu, pesimis.
|
Fisik
|
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing,
insomnia, nyeri dada, over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impoten, tidak
berespon terhadap seksual.
|
Tingkah laku
|
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri,
isolasi social, irritable, berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
|
D. POHON MASALAH
|
Akibat
Core problem
|
Penyebab
- MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1.
Gangguan alam perasaan: depresi
a.
Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering
mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak
berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
b.
Data obyektif:
Gerakan
tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang
merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.Kadang‑kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak
ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses berpikir terlambat,
seolah‑olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat,
tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif
terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham
dosa, depersonalisasi dan halusinasi.Kadang‑kadang pasien suka menunjukkan
sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka
diganggu.
2.
Koping maladaptif
a.
DS : menyatakan putus asa
dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
b.
DO : nampak sedih, mudah
marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2.
Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping
maladaptif.
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a.
Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b.
Tujuan khusus
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1. Perkenalkan diri dengan klien
1.2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin
dengan sikap empati
1.3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar
empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan
sentuhan, anggukan.
1.4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons
sesuai dengan keinginannya
1.5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas,
singkat, sederhana dan mudah dimengerti
1.6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan
dengan orang lain.
2. Klien dapat menggunakan koping adaptif
2.1.
Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa
perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
2.2.
Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan
sedih/menyakitkan
2.3.
Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
2.4.
Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
2.5.
Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan
dapat diterima
2.6.
Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
2.7.
Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
3.
Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
3.1.
Pantau dengan seksama
resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
3.2.
Jauhkan dan simpan alat‑alat yang dapat digunakan olch pasien
untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
3.3.
Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
3.4.
Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh
peramat/petugas.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat
mengatasi keputusasaannya.
4.2. Kaji
dan kerahkan sumber‑sumber internal individu.
4.3. Bantu mengidentifikasi sumber‑sumber harapan
(misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal‑hal
untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
5.1. Kaji dan manfaatkan sumber‑sumber
ekstemal individu (orang‑orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang dianut).
5.2. Kaji sistem pendukung keyakinan
(nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
5.3. Lakukan rujukan sesuai indikasi
(misal : konseling pemuka agama).
6.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
6.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
6.2. Bantu menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
6.3. Anjurkan membicarakan efek dan
efek samping yang dirasakan.
6.4. Beri reinforcement positif
bila menggunakan obat dengan benar.
0 komentar:
Posting Komentar